Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Manga Tragedi: Yakushoku Distopiary (Gesellschaft Blume)

Sudah lama rasanya tidak menulis artikel, terlebih lagi karena belakangan ini sudah jarang menonton anime. Oleh karena itu, kali ini saya mau membahas manga saja supaya tidak terlalu jenuh dengan bahasan tentang anime. 


Tetapi beberapa hari lalu, saya tertarik untuk membaca sebuah manga setelah melihat 1 gambar dari manga tersebut. Gambar di bawah ini diposting oleh teman saya di facebook. Dari ucapan si cewek dan cara si cowok membunuhnya terlihat sangat sadis. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari manga tersebut dan mulai membacanya. 



Judulnya adalah Yakushoku Distopiary (Gesellschaft Blume). Dari judulnya saja, sudah keren kan? Ada bahasa Jermannya. Saya sendiri kurang tahu makna dari kalimat Gesellschaft Blume, akan tetapi dalam ilmu sosiologi kita sudah sering mendengar 2 istilah yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gesellschaft sendiri berarti hubungan jangka pendek dan Blume yang artinya bunga. 


Dalam manganya sendiri, ketika ada seseorang terbunuh akan ada bunga yang keluar dari tubuhnya, merah menandakan kebencian, dendam, dan amarah sedangkan putih menandakan ketulusan dan keikhlasan. Mungkin itu yang dimaksud dari kalimat di atas.


Latar tempat dari ceritanya adalah sebuah dunia yang dibagi menjadi beberapa lapisan yang disebut (layer). Setiap tingkatan tersebut, tinggal pendudukan yang memiliki perbedaan mereka masing-masing dari berbagai segi. Yang menjadi konflik di sini bukanlah keanekaragaman tersebut tetapi musuh manusia yang sangat kuat di sebut Overlord.

Overlord merupakan makhluk yang muncul untuk menghabisi manusia dan sampai sekarang tujuan utama dari mereka masih belum jelas. Overlord tidak terdiri 1 orang saja tapi beberapa orang yang memiliki level kekuatan yang tinggi dan yang tertinggi adalah 9999. Manusia sendiri hanya bisa mencapai level sampai 3 digit angka.


Demon Overlords

Oleh karena itu, diutuslah beberapa penakluk atau dalam bahas kerennya Subjugator yang salah satunya adalah seorang pemuda bernama Truza. Jumlah subjugator tidaklah banyak terlebih lagi lebih dari setengah sudah dibantai oleh overlord dan monster yang hidup di sana. Truza sendiri bukanlah subjugator yang kuat bahkan dialah yang paling lemah karena levelnya hanya lvl. 1. 

 Bagaimana mungkin orang level 1 mengalahkan monster level 9999?

Jawabannya adalah tidak mungkin, akan tetapi subjugator memiliki sisi kelam tersendiri termasuk juga Truza. Karena untuk mendapatkan kekuatan Truza harus membunuh temannya sendiri sebagai tumbal dan mengambil level orang yang dibunuh tersebut (hero compensation). Ngeri kan?



Hero Compensation Skill

Awalnya saya mengira Truza itu kejam tapi ternyata dia benar-benar sangat kejam karena merekrut setiap orang dengan bermacam-macam iming dan membunuh mereka demi mengalahkan monster yang berada jauh di atasnya.  Bahkan dia pernah membunuh gadis yang mencintainya dengan muka yang datar.

Jika dibandingkan dengan subjugator lain, Truza memiliki nasib yang paling sial karena semua subjugator memiliki level yang tinggi bahkan ada yang sampai 38. Oleh karena itu, Truza tidak punya pilihan lain selain membunuh banyak orang sekaligus demi meningkatkan levelnya.


Faktanya, kekuatan dari skill tersebut sebanding dengan pengorbanan yang dia lakukan, setelah mengambil level orang lain, kekuatan Truza yang hanya level 1 akan berlipat ganda. Dia bahkan bertarung imbang dengan 3 overlord sekaligus!

Konsekuensi dari kekuatannya adalah dia menjadi tidak memiliki teman karena hampir semua teman yang dimilikinya dibantai dengan sadis. Tetapi pada suatu hari ketika dia ditanya oleh seorang watcher (asisten subjugator) tentang warna apa yang disukainya, dia menjawab kalau dia menyukai warna putih.

Yups, warna putih dalam manga ini menandakan ketulusan akan tetapi hal tersebut bertentangan dengan apa yang dia lakukan karena semua orang yang dia bunuh melahirkan benih bunga berwarna merah yang menandakan dendam dan kebencian karena penghianatan.

Kita tentunya tidak bisa menilai karakter Truza dari beberapa chapter saja karena setelah saya membaca sampai 28 chapter, saya mulai mengerti kalau memang tidak ada cara lain yang bisa dilakukannya untuk melawan Overlord selain mengorbankan orang disekelilingnya (mengerbankan sedikit lebih baik daripada mengorbankan banyak). Faktanya jumlah orang yang dibunuh oleh para overlord lebih banyak dari yang dibunuh oleh para subjugator.

Tetap saja, sesuatu yang tidak mudah untuk membunuh orang terdekat kita. Meskipun demikian, Truza tetap melakukannya karena sebenarnya dia bukanlah orang yang naïf tapi seoarang yang berfikir realistis. Sebuah pertentangan tentang nilai moral dan kebenaran.

Bagaimanapun juga, karakter Truza masih misterius karena saya masih belum tahu asal usulnya atau hal yang memotivasinya menjadi seorang subjugator karena kesehariannya, dia hidup seperti orang normal dengan bersosialisasi dengan orang lain. Tetapi ketika dihadapkan dengan pilihan antara mengikuti perasaannya atau tujuannya, dia lebih memilih membunuh perasaannya sendiri untuk mencapai level tertinggi dan membunuh para overlord.

Penutup

Karena karakter utamanya adalah seorang penjahat/ antagonis tentu menjadi daya tarik sendiri yang membedakannya dengan manga lain yang dominan memiliki pemeran utama protagonis. Oh ya, bahasa yang digunakan adalah bahas inggris, tapi sepertinya manga ini sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Sekian dulu ya review singkat tentang manga Yakushoku Distopiary. Kalau tertarik untuk membaca cerita selengkapnya bisa langsung baca di sini. MANGAPARK: Yakushoku Distopiary 


"Hanya karena sesuatu  itu tidak salah, bukan berarti dia benar." -Truza Goldschleim

Post a Comment for "Review Manga Tragedi: Yakushoku Distopiary (Gesellschaft Blume)"